Happiness is like glass. It may be all around you, yet be invisible.
But if you change your angle of viewing a little, then it will reflect light more beautifully than any other object around you

(Lelouch Vi Brittania)

Senin, Maret 24, 2014

[Review Novel] Tell Your Father, I am Moeslem : Ketika Hati Harus Melawan Logika


Assalamualaikum wr.wb
Tumben kan saya ucap salam sebelum ngeblog? iya tumben banget tapi ini bukan karena judul diatas. Ini karena saya lagi inshaf :p

Langsung saja ya ke pembuka postingan. Jadi ini adalah review novel pertama yang saya buat. Saya tak pernah membuat review novel sekalipun novel favorit seperti novel-novel karya mister Brahmanto Aninditho. Sejujurnya ini adalah membayar janji saya mereview novel milik seorang lelaki bernama Hengki Kumayandi yang bahkan saya sendiri belum pernah bertemu dengannya. Jadi mister Hengki ini adalah founder dari grup menulis online di FB tempat saya bergabung. Kebetulan bulan Februari lalu beliau menelurkan satu karyanya dalam bentuk cetakan yang dikomersilkan *halah* hahaha


Judul Buku          : Tell Your Father, I am Moslem 
Penulis                 : Hengki Kumayandi
Penerbit               : Wahyu Qolbu
Tanggal Terbit     : Februari 2014
Halaman              : 259 halaman
Bahasa                 : Bahasa Indonesia
Harga                   : Rp. 47.000 

CINTA ATAS NAMA TUHAN

 Ketika cinta pada pandangan pertama berkata. Ketika Tuhan mempertemukan kedua insan yang jauh berbeda dalam suatu momen. Ketika keyakinan dan prinsip menjadi sebuah hal tak terelakkan yang bertolak belakang dengan cinta. Dan ketika orang lain memiliki andil yang besar dalam menentukan cinta dua sejoli dimabuk asmara.
David dan Maryam. Penganut sejati keyakinan mereka masing-masing. Putra seorang pastur dan putri seorang duta besar Uni Emirat Arab. Kedua remaja ini bertemu di sekolah dan saling jatuh hati pada pandangan pertama. Sengaja melewatkan bus maupun sengaja menyandarkan sepedanya di halte adalah cara David dan Maryam untuk saling memandang lebih lama satu sama lain. Perasaan kedua remaja ini semakin mengakar di hati mereka sampai David memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya. Gayung bersambut, Maryam menerimanya dengan satu syarat : David tak boleh menyentuhnya. Bukan masalah bagi David.
David sudah sangat gembira hanya dengan memandang Maryam di kelas, hanya dengan mengantarnya ke halte dan memboncengnya naik sepeda. Namun kisah cinta kedua remaja ini menemui tantangan terberat. Sang Pastur dan sang Duta Besar tak pernah merestui hubungan mereka. Sifat keras kepala Maryam akhirnya membuat sang Ayah menjodohkannya dengan Khaled, pemuda Dubai yang shaleh.
Jatuh bangun David dan Maryam untuk mempertahankan hubungan mereka sempat kandas berkali-kali. Berhenti di tengah jalan, kemudian kembali berjalan, kemudian berhenti lagi. Sampai keduanya jatuh sakit dan sekarat karena psikisnya bobrok. Mereka tak kuasa menahan sakitnya cinta yang mereka pilih. Cinta yang tak direstui orang-orang terkasih mereka.
Sampai suatu titik, David memutuskan untuk melupakan Maryam. Begitu juga Maryam, ia kembali ke Dubai untuk memulai hidup barunya dengan Khaled. Namun apakah Khaled tetap mencintai dan mempertahankan Maryam, istrinya, yang tak pernah memandang laki-laki lain selain David? Apakah David sudah benar-benar melupakan Maryam? Apakah dengan terkuaknya orang tua kandung David yang ternyata adalah muslim, membuat David berharap lagi untuk memiliki Maryam? Apakah Maryam akan kembali bertemu dengan cinta pertamanya? Akankah kisah cinta yang menggebu-gebu itu dapat mengalahkan cinta mereka pada Tuhan?
****
Oke ini adalah sekilas isi buku menurut pandangan umum saya. Sekarang saya akan membahasnya dalam dua sudut pandang, kelebihan dan kelemahannya.

Kelebihan 
Novel ini sangat menginspirasi. Semua orang pasti bilang begitu. Karena memang ini bukan novelmengenai kisah cinta remaja yang sekarang semakin jauh dari akidah yang ada. Novel ini menceritakan cinta yang terlihat tidak mungkin namun ternyata berhasil pada akhirnya. Cerita David dan Maryam membuktikan bahwa jika Allah sudah berkehendak, maka tidak ada yang tidak mungkin. Kebetulan di dunia ini tidak ada, yang ada adalah jalan yang sudah diatur oleh Allah SWT
Gaya berceritanya seru, seperti menonton film atau sebut saja filmis. Temponya lumayan cepat sebagai sebuah novel roman. Karena biasanya saya membaca cerita dengan tempo yang sama adalah pada genre misteri dan suspense. Bahasanya ringan dan mudah dipahami. Sangat disarankan untuk para remaja saat ini agar dapat mengambil nilai-nilai agama di dalam novel ini
Novel ini sama sekali tidak mengandung SARA. Novel ini melihat dari dua sudut pandang agama yang berbeda. Novel ini membuka mata hati kita agar tetap menghormati agama lainnya, menghormati sesama manusia. Seperti David yang menghormati keyakinan Maryam untuk tidak menyentuhnya.
Tapi untuk keseluruhan, cerita ini membuat saya ketagihan untuk terus menghabiskannya. Saya hanya butuh satu hari untuk menyelesaikannya.

Kekurangan
Tanpa mengurangi rasa hormat pada penulis dan tim editor, novel ini memiliki kesalahan EYD yang cukup fatal. Seperti tidak adanya tanda petik di awal dialog, elipsis, pemenggalan huruf di ujung baris yang kurang tepat, dan tidak adanya pembeda antara narasi dan percakapan batin.

Bagi penulis yang sudah menelurkan karya cetak, semua itu pasti terlihat jelas karena saya sebagai penulis pemula saja bisa menemukan banyak kesalahan disana. Kata-kata berbahasa asing juga tidak di-italic. Ini sedikit mengecewakan mengingat penulis adalah orang yang sudah menelurkan cerpen di berbagai media cetak tanpa adanya kesalahan kecil seperti itu. Jadi selama membaca cerita saya sering mengerutkan dahi melihat kesalahan EYD seperti tanda baca dan lainnya. Ini jadi mengurangi nikmat dalam membaca, bukan?

Melihat cover-nya saya sudah berharap akan setting yang menakjubkan. Setting memang di washington DC dan Dubai, namun tak disebutkan detilnya. Seperti sekolah David dan Maryam, halte tempat mereka sering menunggu tak beralamat. Setting yang diambil sudah cukup menarik, namun detil yang memperkuatnya sama sekali tak ada, sedikit membuat kecewa padahal di cover sudah ada capitol hall yang megah dan indah.

Tentang karakterisasi, penulis sudah berhasil menunjukkan karakter yang kuat untuk kedua tokoh utama. Hanya saja saya sempat menemukan ketidaksesuaian karakter Maryam di sebuah scene dengan karakternya sebelum scene itu. Namun itu dapat diabaikan untuk benar-benar menikmati cerita ini. Kemudian satu hal yang mengganggu saya, tentang bagaimana Anggel, Jardon, dan Khaled begitu mudah melupakan rasa cinta mereka pada pujaan hatinya. Ini terlalu mudah, sedikit tidak masuk akal. Normalnya mereka akan menunjukkan ketidaksukaan mereka pada saingan mereka, namun disini semua tokoh terlalu protagonis. Hanya ayah Maryam yang tampak sangat kejam, antagonis utama

Saya juga tak begitu paham mengapa penulis menuliskan tentang kisah cinta segi banyak antara David, Anggel, dan Jardon dalam narasi sekilas yang kurang penting. Kalau tak mendukung kemajuan cerita tampaknya kisah itu *menurut saya* tak perlu disebutkan dalam naraasi. Lagi-lagi ini terserah penerbit dan penulis. Saya hanya memberi pendapat sebagai pembaca karya Hengki ini. Oh ya, satu yang mengganjal saya selama membaca novel ini adalah ketika David dan Maryam jatuh sakit, adegan seperti diulang-ulang dan tertahan disana. David dan Maryam seolah-olah hanya berulang-ulang bertemu dalam alam bawah sadar dan mengalami dilema. 

Demikian sedikit review atas novel Tell Your Father, I am Moeslem karya Hengki Kumayandi. Sebuah cerita yang sangat disarankan terutama untuk remaja jaman sekarang. Tak perlu memusingkan hal kecil seperti yang saya sebutkan diatas untuk menikmati cerita ini. Inti cerita ini sendiri menghibur sekaligus memberi pelajaran yang berarti.
Saya teringat pada diri saya sendiri karena cinta pertama saya juga memiliki keyakinan yang berbeda dengan saya. Sampai jumpa di review novel selanjutnya ya ^^