Assalamualaikum wr.wb
Tumben kan saya ucap salam sebelum ngeblog? iya tumben banget
tapi ini bukan karena judul diatas. Ini karena saya lagi inshaf :p
Langsung saja ya ke pembuka postingan. Jadi ini adalah review
novel pertama yang saya buat. Saya tak pernah membuat review novel sekalipun
novel favorit seperti novel-novel karya mister Brahmanto Aninditho. Sejujurnya
ini adalah membayar janji saya mereview novel milik seorang lelaki bernama
Hengki Kumayandi yang bahkan saya sendiri belum pernah bertemu dengannya. Jadi
mister Hengki ini adalah founder dari grup menulis online di FB tempat saya
bergabung. Kebetulan bulan Februari lalu beliau menelurkan satu karyanya dalam
bentuk cetakan yang dikomersilkan *halah* hahaha
Judul Buku : Tell Your Father, I am Moslem
Penulis
: Hengki Kumayandi
Penerbit
: Wahyu Qolbu
Tanggal Terbit : Februari 2014
Halaman
: 259 halaman
Bahasa
: Bahasa Indonesia
Harga
: Rp. 47.000
CINTA ATAS
NAMA TUHAN
Ketika cinta pada
pandangan pertama berkata. Ketika Tuhan mempertemukan kedua insan yang jauh
berbeda dalam suatu momen. Ketika keyakinan dan prinsip menjadi sebuah hal tak
terelakkan yang bertolak belakang dengan cinta. Dan ketika orang lain memiliki
andil yang besar dalam menentukan cinta dua sejoli dimabuk asmara.
David dan Maryam.
Penganut sejati keyakinan mereka masing-masing. Putra seorang pastur dan putri
seorang duta besar Uni Emirat Arab. Kedua remaja ini bertemu di sekolah dan
saling jatuh hati pada pandangan pertama. Sengaja melewatkan bus maupun sengaja
menyandarkan sepedanya di halte adalah cara David dan Maryam untuk saling
memandang lebih lama satu sama lain. Perasaan kedua remaja ini semakin mengakar
di hati mereka sampai David memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya.
Gayung bersambut, Maryam menerimanya dengan satu syarat : David tak boleh
menyentuhnya. Bukan masalah bagi David.
David sudah sangat
gembira hanya dengan memandang Maryam di kelas, hanya dengan mengantarnya ke
halte dan memboncengnya naik sepeda. Namun kisah cinta kedua remaja ini menemui
tantangan terberat. Sang Pastur dan sang Duta Besar tak pernah merestui
hubungan mereka. Sifat keras kepala Maryam akhirnya membuat sang Ayah
menjodohkannya dengan Khaled, pemuda Dubai yang shaleh.
Jatuh bangun David dan
Maryam untuk mempertahankan hubungan mereka sempat kandas berkali-kali.
Berhenti di tengah jalan, kemudian kembali berjalan, kemudian berhenti lagi.
Sampai keduanya jatuh sakit dan sekarat karena psikisnya bobrok. Mereka tak
kuasa menahan sakitnya cinta yang mereka pilih. Cinta yang tak direstui
orang-orang terkasih mereka.
Sampai suatu titik, David
memutuskan untuk melupakan Maryam. Begitu juga Maryam, ia kembali ke Dubai
untuk memulai hidup barunya dengan Khaled. Namun apakah Khaled tetap mencintai
dan mempertahankan Maryam, istrinya, yang tak pernah memandang laki-laki lain
selain David? Apakah David sudah benar-benar melupakan Maryam? Apakah dengan
terkuaknya orang tua kandung David yang ternyata adalah muslim, membuat David
berharap lagi untuk memiliki Maryam? Apakah Maryam akan kembali bertemu dengan
cinta pertamanya? Akankah kisah cinta yang menggebu-gebu itu dapat mengalahkan
cinta mereka pada Tuhan?
****
Oke ini
adalah sekilas isi buku menurut pandangan umum saya. Sekarang saya akan
membahasnya dalam dua sudut pandang, kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan
Novel ini sangat
menginspirasi. Semua orang pasti bilang begitu. Karena memang ini bukan
novelmengenai kisah cinta remaja yang sekarang semakin jauh dari akidah yang
ada. Novel ini menceritakan cinta yang terlihat tidak mungkin namun ternyata
berhasil pada akhirnya. Cerita David dan Maryam membuktikan bahwa jika Allah
sudah berkehendak, maka tidak ada yang tidak mungkin. Kebetulan di dunia ini
tidak ada, yang ada adalah jalan yang sudah diatur oleh Allah SWT
Gaya berceritanya seru,
seperti menonton film atau sebut saja filmis. Temponya lumayan cepat sebagai
sebuah novel roman. Karena biasanya saya membaca cerita dengan tempo yang sama
adalah pada genre misteri dan suspense. Bahasanya ringan dan mudah dipahami.
Sangat disarankan untuk para remaja saat ini agar dapat mengambil nilai-nilai
agama di dalam novel ini
Novel ini sama sekali
tidak mengandung SARA. Novel ini melihat dari dua sudut pandang agama yang
berbeda. Novel ini membuka mata hati kita agar tetap menghormati agama lainnya,
menghormati sesama manusia. Seperti David yang menghormati keyakinan Maryam
untuk tidak menyentuhnya.
Tapi untuk keseluruhan,
cerita ini membuat saya ketagihan untuk terus menghabiskannya. Saya hanya butuh
satu hari untuk menyelesaikannya.
Kekurangan
Tanpa mengurangi rasa hormat pada penulis dan tim editor,
novel ini memiliki kesalahan EYD yang cukup fatal. Seperti tidak adanya tanda
petik di awal dialog, elipsis, pemenggalan huruf di ujung baris yang kurang
tepat, dan tidak adanya pembeda antara narasi dan percakapan batin.
Bagi penulis yang sudah menelurkan karya cetak, semua itu
pasti terlihat jelas karena saya sebagai penulis pemula saja bisa menemukan
banyak kesalahan disana. Kata-kata berbahasa asing juga tidak di-italic. Ini
sedikit mengecewakan mengingat penulis adalah orang yang sudah menelurkan
cerpen di berbagai media cetak tanpa adanya kesalahan kecil seperti itu. Jadi
selama membaca cerita saya sering mengerutkan dahi melihat kesalahan EYD
seperti tanda baca dan lainnya. Ini jadi mengurangi nikmat dalam membaca,
bukan?
Melihat cover-nya saya sudah berharap akan setting yang
menakjubkan. Setting memang di washington DC dan Dubai, namun tak disebutkan
detilnya. Seperti sekolah David dan Maryam, halte tempat mereka sering menunggu
tak beralamat. Setting yang diambil sudah cukup menarik, namun detil yang
memperkuatnya sama sekali tak ada, sedikit membuat kecewa padahal di cover
sudah ada capitol hall yang megah dan indah.
Saya juga tak begitu paham mengapa penulis menuliskan tentang
kisah cinta segi banyak antara David, Anggel, dan Jardon dalam narasi sekilas
yang kurang penting. Kalau tak mendukung kemajuan cerita tampaknya kisah itu
*menurut saya* tak perlu disebutkan dalam naraasi. Lagi-lagi ini terserah
penerbit dan penulis. Saya hanya memberi pendapat sebagai pembaca karya Hengki
ini. Oh ya, satu yang mengganjal saya selama membaca novel ini adalah ketika
David dan Maryam jatuh sakit, adegan seperti diulang-ulang dan tertahan disana.
David dan Maryam seolah-olah hanya berulang-ulang bertemu dalam alam bawah
sadar dan mengalami dilema.
Demikian sedikit review atas novel Tell Your Father, I am Moeslem karya Hengki Kumayandi. Sebuah cerita yang sangat disarankan terutama
untuk remaja jaman sekarang. Tak perlu memusingkan hal kecil seperti yang saya
sebutkan diatas untuk menikmati cerita ini. Inti cerita ini sendiri menghibur
sekaligus memberi pelajaran yang berarti.
Saya teringat pada diri saya sendiri karena cinta pertama
saya juga memiliki keyakinan yang berbeda dengan saya. Sampai jumpa di review
novel selanjutnya ya ^^
Yap... beginilah kira kira kalo pemikiranku ditulis pakek huruf dan kata -kata ran...
BalasHapusReview Secara subjektif mu banyak tepatnya... :)
Aku juga merasa novel ini terlalu terburu buru di akhiri...penerimaan angel yg tiba -tiba (terutama) bikin kehilangan gregetnya.
Terus adegan sakitnya maryam dan david, bertemu di alamm bawah sadar... mirip adegan di sinetron indonesia (hehhe maaf)
Sama perubahan kepribadian maryam dibeberapa scene jadi bikin agak membingungkan.
Tp ini novel bagus... paling gk bisa jadi pencerah buat para remaja sekarang yg bergaulnya suka kebablasan... :D
haha iya, namanya juga teenlit religi shof :3
Hapusmaryam juga agak aneh, ga mau disentuh david tapi waktu boncengan naik sepeda ia malah pukul punggung david, itu agak failed ya :)
iya, nilainya bagus dicontoh, mengingatkan pada my first love hihihi *halah apa sih
Halo Rani Evadewi: Pingin ikut nulis review juga, tapi belum sempat....
BalasHapuseh ada suhu disini, baru belajar nulis review aja mister Riswandi :3 maap kalo bikin mata pedes
HapusWow! Aku baca duluu!
BalasHapusTunggu review-ku, Rani, :D :D
siap, ma'am Zahra hehe ditunggu link nya nanti saya gantian komen :3
Hapus